Ruang yang tak memiliki batas…

Aku datang di ujung perjalanan, sayapku sudah tercabut sebelah oleh mu…
Hari ini bila ia datang, jangan biarkan ia berlalu pergi
Esok kalau ia masih bertandang, jangan harap ia akan datang kembali
Goresan-goresan hitam dari lisanmu membuat aku hanya mampu memandang hampa,

Tak akan lagi ku mencoba merekat sayap yang sudah tercabut oleh sindiranmu…
Maafkan aku memilih jalanku , Jangan ditanya akan rasa yang tak berasa ini….
Akan ku jalani pengembaraan hidupku dengan sebelah sayapku…
Mengejar yang tak pasti untuk ku rajut dalam hening kesunyian malam…

Jangan kau tanya kepasrahanku karena tak jauh berbeda dengan keputusasaanku…
Jangan lagi kau sematkan kata-kata mutiara sebagai penyejuk sementara dahagaku…..
Dahagaku tak akan mampu di hapus dengan kata kasihan dan sayangmu….
Dan keluh kesah mu akan keadaan tak akan lagi mampu membendung luka ku….

Cukup sudah rayuan cinta dan asmara engkau dendangkan di telingaku…
Karena begitu tuli oleh alasan-alasanmu untuk memenuhi kepentingan dan kepuasan hatimu….
Bahagialah bersama burung Nurimu yang memiliki sayap utuh dan suara yang merdu……
Aku hanya seekor burung hitam kecil dengan sebelah sayap terluka oleh kejamnya cakar sang burung elang…

Biarkanlah darah itu bergulir perlahan dari punggung yang terluka…
Akan ku hadang kencangnya angin dengan sebelah sayapku….
Suaraku parau karena lelah meratapi sayap yang sudah tak utuh lagi….
Terkoyak, terluka, tertipu, dan terlena oleh rayuan cinta sang elang…

Itulah aku sang burung hitam yang terluka.........

0 comments