(~.~) Kenapa semua jadi terbalik......? ketika semua jadi terbalik (~.~)
Rasulullah SAW bersabda : "Yassiru wa la tu'assiru Yassiru wa la tu'assiru Basyiru wa la tunaffiru"
Dimasa kini hal itu telah berubah khususnya dalam urusan yang terkait dengan pelayanan publik saat ini santer terdengar dan terbukti ungkapan yang sebaliknya yakni :
“kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah” ironisnya lagi hal tersebut kemudian dibumbui dengan kata "Wani Piro..?"
Sikap suka mempersulit seperti ini merupakan perilaku tercela yang akibatnya sungguh bisa sangat tak terduga. Bukan saja waktu, tenaga, dan materi yang hilang, bahkan nyawa pun bisa melayang. Sikap suka mempersulit pada dasarnya merupakan penyimpangan yang amat nyata dari prinsip-prinsip islami yang mensyaratkan kemudahan, kecepatan, keramahan, dan efisiensi.
“kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah” ironisnya lagi hal tersebut kemudian dibumbui dengan kata "Wani Piro..?"
Sikap suka mempersulit seperti ini merupakan perilaku tercela yang akibatnya sungguh bisa sangat tak terduga. Bukan saja waktu, tenaga, dan materi yang hilang, bahkan nyawa pun bisa melayang. Sikap suka mempersulit pada dasarnya merupakan penyimpangan yang amat nyata dari prinsip-prinsip islami yang mensyaratkan kemudahan, kecepatan, keramahan, dan efisiensi.
Pelaku umumnya adalah orang yang masih bermental feodal keturunan zionis yang memposisikan dirinya di atas orang yang dilayaninya dengan beragam motif atau tujuan. mempersulit urusan sangat dikecam dalam ajaran Islam, termasuk untuk hal yang bernilai ibadah atau kebaikan.
Rasulullah SAW bahkan menegur Mu’adz karena membaca surat al-Quran terlalu panjang ketika menjadi imam sehingga memberatkan makmumnya (HR. Bukhari-Muslim). Beliau juga tidak mau mewajibkan bersiwak (menggosok gigi) sebelum shalat karena khawatir hal tersebut kelak akan menyulitkan umatnya (HR. Muttafaq Alaih).
Islam sangat menganjurkan kita agar memudahkan semua urusan dan bukan mempersulitnya. Rasulullah SAW bersabda, yassiru wala tu’assiru wabasysyiru wala tunafiru, “mudahkanlah dan janganlah engkau persulit orang lain dan berilah kabar gembira pada mereka, jangan membuat mereka menjadi lari”.
Dalam urusan yang terkait dengan
pelayanan publik kadang terdengar ungkapan “kalau bisa dipersulit
kenapa dipermudah”. Sikap suka mempersulit seperti ini merupakan
perilaku tercela yang akibatnya sungguh bisa sangat tak terduga. Bukan
saja waktu, tenaga, dan materi yang hilang, bahkan nyawa pun bisa
melayang. Sikap suka mempersulit pada
dasarnya merupakan penyimpangan yang amat nyata dari prinsip-prinsip
pelayanan prima (good governance) yang mensyaratkan kemudahan,
kecepatan, keramahan, dan efisiensi.
Pelakunya umumnya adalah orang yang masih
bermental feodal yang memposisikan dirinya di atas orang yang
dilayaninya dengan beragam motif atau tujuan. Mempersulit urusan
sangat dikecam dalam ajaran Islam, termasuk untuk hal yang bernilai
ibadah atau kebaikan. Rasulullah SAW bahkan menegur Mu’adz karena
membaca surat al-Quran terlalu panjang ketika menjadi imam sehingga
memberatkan makmumnya (HR. Bukhari-Muslim). Beliau juga tidak mau
mewajibkan bersiwak (menggosok gigi) sebelum shalat karena khawatir hal
tersebut kelak akan menyulitkan umatnya (HR. Muttafaq Alaih).
Islam sangat menganjurkan kita agar memudahkan semua urusan dan bukan mempersulitnya. Rasulullah SAW bersabda, yassiru wala tu’assiru wabasysyiru wala tunafiru, “mudahkanlah dan janganlah engkau persulit orang lain dan berilah kabar gembira pada mereka, jangan membuat mereka menjadi lari”.
Diriwayatkan ada seorang sahabat yang
mengalami sakit dan berhadas besar. sahabat tersebut meminta pendapat
sahabat-sahabat lain apakah perlu mandi janabah atau tidak. Kebanyakan
sahabat menganjurkannya untuk mandi janabah. Namun setelah mandi,
sakitnya justru bertambah dan akhirnya sahabat itu meninggal dunia.
Rasulullah sangat murka mendengar hal tersebut karena hadas besar
sebenarnya dapat disucikan dengan tayammum jika terdapat alasan yang
dibenarkan oleh syara’.
Kemudahan adalah salah satu prinsip utama
ajaran Islam. Orang yang sedang bepergian (musafir) diberikan
kemudahan dalam melaksanakan shalat dengan cara jamak dan qashar.
Demikian pula orang yang berpuasa yang diberi keringanan untuk
menggantinya di hari lain di luar Ramadhan (QS Al-Baqarah: 184).
Sikap memudahkan urusan akan melahirkan
keberkahan dan jaminan pertolongan karena Allah selalu menolong
hamba-Nya selama si hamba tersebut menolong saudaranya. Dari Abu
Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang meringankan
penderitaan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan
penderitaan (kesulitan) nya kelak di hari Kiamat dan barangsiapa yang
memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan
memudahkan urusannya di dunia dan akhirat (HR. Muslim).
Wallahu A'lam
Wallahu A'lam
0 comments
Post a Comment