Terharu rasanya melihat warga Indonesia hanya saling menolong pada saat bencana alam terjadi. Sumbangan uang mencapai ratusan juta bahkan milyaran / trilyunan rupiah, bahkan ada yang bersedia menjadi tenaga suka rela. Seakan-akan Indonesia mau bersatu untuk menolong sesama.

Tetapi mengapa kita hanya saling gotong royong sewaktu ada bencana ?

Pada saat bencana, orang-orang dengan senang hati menyumbang uang, kalau tidak ada bencana, orang-orang sibuk mencuri uang masyarakat dengan korupsi, Sekolah di pengungsian diadakan supaya pendidikan anak-anak korban bencana masih belajar setiap hari, saya rasa ini ide yang sangat bagus dan saya senang hal ini terjadi, tetapi banyak sekali sekolah-sekolah dan murid-muridnya di Indonesia yang butuh perhatian, bahkan saat tidak ada bencana. 

Apakah Indonesia hanya bisa bersatu saat kita mengalami bencana ?


Di lain sisi, saya sangat senang melihat pertolongan terus datang, Saya hanya berharap Indonesia bisa saling gotong royong, saling membantu, kapan saja, di mana saja, bahkan pada saat tidak ada bencana. Banyak kita lihat bagaimana seorang balita yang baru lahir dibiarkan sekarat di jalanan yang dilewati banyak pejalan kaki dan kendaraan, Mengapa tidak ada yang menolong ?

Sepertinya dunia ini semakin lama semakin kehilangan energi positif dalam setiap aktivitasnya. Tanpa disadari, banyak dari kita tidak lagi mempercayai adanya ketulusan dalam suatu kebaikan. Mengapa ?

Sebagai penolong, melihat orang yang kesusahan tentunya naluri kemanusiaan kita akan mendorong kita untuk membantu. Namun tidak jarang pula ketika kita menjadi penolong yang tulus, justru yang ditolong lah yang berpikiran negatif. Mulai dari kemungkinan “dia pasti ada maunya”, “sekalian minta tolong apa lagi ya?”, sampai ”saya tidak butuh pertolongan sekecil ini”. Semua itu (percayalah) merupakan hal yang sering terjadi dalam kancah “tolong-menolong” selama ini.

Sepatutnya sebagai penolong kita memiliki hati untuk melakukan yang terbaik dan sebagai yang ditolong kita memiliki hati yang bersyukur. Percayalah bahwa pertolongan kita tidak akan sia-sia, meski sedikit namun pasti menjadi bagian dari kelegaan hati orang yang membutuhkan.

Melihat hal tersebut, beberapa orang yang telah menyelamatkan diri urung menawarkan pertolongan. Banjir semakin meninggi, tetangga-tetangga tidak lagi saling perduli, hingga akhirnya datang tawaran bantuan dari tim penolong yang diberi tugas oleh Pemilik Otoritas. Kalau saja beberapa orang tetap memaksa untuk menerima pertolongan, mungkin dia akan tetap bisa melanjutkan kehidupannya. Di sisi lain, kalau saja bapak tua itu menerima pertolongan orang-orang yang menawarkan bantuan, pasti dia tidak akan mati percuma,

Kiranya tolong-menolong didasari ketulusan hati penolong dan kerendahan hati penerima pertolongan. tapi namanya takdir ya... terima saja.

Wallahu A'lam

0 comments