Hujan deras membasahi bumi dan Genangan air mulai memenuhi ujung jalan
meluncur cepat,
mengibaskan pancuran air ke sosok-sosok lemah di belahan bumi ini
Goncangan dahsyat menyelimuti seantero jagad raya menggetarkan seluruh penghuninya
Angin dan api pun tidak tinggal diam menghanguskan dan meluluh lantakkan apa yang ada dihadapannya
Aku melihat cermin wajahku sendiri di atas ketidak-pedulian pada kehidupan lain.
Keras angkuh. dingin.dan tak peduli.
Ah, siapakah yang peduli? Ya, siapakah yang peduli?
Aku berbalik dan kembali memandang ruang temaram di dalam kamarku
Sejuk,
aman dan terang ini semua telah berlalu dan aku pun tersenyum saat mengenang masa lalu
Tetapi sayang ......Ya sayang sekali .....
Bahwa perbuatanku masih saja yang lalu, kulit baru tetapi isi masih yang lama, tua dan telah usang.
Seusang bumi kita yang kian tertatih-tatih mengikuti segala ambisi dan nafsu kita.
Seandainya, jika bukan karena karunia
Allah dan kasih sayang-Nya kepadaku,
niscaya hidupku akan hilang di
dalam dunia. Banyak manusia yang mengalami kemunduran seakan mereka
adalah binatang, semua keinginannya hanyalah untuk memuaskan hawa nafsu
dan tabiatnya yang tidak berharga.
Namun, walau menyadari bahwa seringkali ucapan hanya tampil di kulit muka,
Aku tetap mengikuti tradisi manusia untuk semua hal yang hanya semu itu.
Sebait kata Usang yang mungkin tak pernah usang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments
Post a Comment